SEJARAH DESA MUARA DUA

5komentar

Sebelum tahun 1600 atau abad ke 16 wilayah ini masih berbentuk hutan belantara.
Masyarakat Suku Semende berasal dari daerah Mekakau Ulu dan Mekakau Ilir, eksodus ini terjadi karena suku bangsa semende tidak mau dijajah. Sebelum mereka membuat pemukiman di Muara Dua, terlebih dahulu mendiami daerah Tumbu’an dan membuat dusun yang pertama dan diberi nama dusun Tumbu’an (dalam wilayah marga Ulu Nasal). Kedatangan petama masyarakat suku semende berjumlah 7 (tujuh) KK dan satu orang yang belum dewasa. Akan tetapi anak tersebut mempunyai kelebihan tersendiri. Anak ini bernama Moerhammid sekarang lebih dikenal dengan sebutan Ninek di Pulau. Beliau ini sangat disegani oleh orang-orang semende khusunya ke tujuh kepala keluarga yanag datang bersamanya, sehingga tuan Moerhammid dijadikan pemimpin mereka. Adapun ketujuh kepala keluarga tersebut yaitu:􀃔Poeyang Radje Mekoete
1. Poeyang Taden Goeroeh
2. Poeyang Palak Poetih
3. Poeyang Alim Bagoes
4. Depati Alam
5. Poeyang Singe diboekit
6. Poeyang Dirahman
Dengan bertambahnya penduduk yang tidak diimbamgi dengan luasan wilayah dan tidak tersedianya lahan pertanian mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya sawah, sehingga pimpinan (Moerhammid) bermusyawarah untuk mencari lahan persawahan yang luas guna memenuhi kebutuhan pangan. Dari hasil musywarah masyarakat bersepakat mencari lahan baru yang lebih menjanjikan. Berdasarkan kemufakatan, maka mereka bersama-sama mencari lahan baru dengan menelusuri sungai nasal kiri. Ternyata usaha mereka tidak sia-sia, sebab mereka dapat menemukan lahan-lahan untuk sumber kehidupan yang lebih baik yaitu didaerah Rantau Kendidai(pinggir Air Nasal kiri), dipinggir air Nasal kanan dan Muara Dua sekarang. Sekembalinya mereka mencari lahan ini, mereka bermusyawarah ( bepaham) karena hal tidak mungkin kalau masyarakat menggarap lahan pertanian itu jaraknya sangat jauh dari dusun. Dalam berembug ini penduduk dusun sepakat pindah dan membuat dusun baru. Sebagai pemimpin yang bijak Tuan Moerhammid mengusulkan untuk membuat dusun di Rantau Kendidai dengan alasan daerah rantau adalah pertengan baik mau ke Muara Dua, ke Air Nasal Kanan dan ke Dusun Tumbu’an. Usul pimpin di terima dengan baik. Tepat pada tahun 1700 ( abad ke- 17) masyarakat semende mulai menggarap lahan di Ranatau kendidai dan akhirnya dusun Tumbu’an ditinggalkan dan membuat dusun baru diberi nama sesuai dengan nama daerahnya. Dan pada tahun itu pula Tuan Moerhammid membangun masjid bersama-sama dengan masyarakat, serta dia juga yang dijadikan iman masjid tersebut, karena beliau sangat paham dengan ajaran islam.
Dimasa beliau menjadi imam sembahyang berjama’ah pada hari rabu. Rantau Kendidai diambil dari nama kayu yang tumbuh disketitar saungai dan Rantau artinya bagian sungai yang dangkal. Maka dusun tersebut diberi nama Rantau Kendidai. Malang tak dapat ditolak, pada tahun 1807 dusun Ranatau Kendidai dilanda bencana banjir besar dan menghanyutkan rumah-rumah penduduk, namun tidak ada korban jiwa sehingga yang tersisa sebanyak 7 buah rumah dan 1 buah masjid. Kejadian ini telah membuat masyarakat panik. Pengiran Nagaran yang memimpin saat itu, menyerukan kepada masyarakat supaya berkumpul untuk berembug. Dengan sangat cepat masyarakat berkumpul di masjid untuk melakukan musyawarah guna menyikapi bencana
yang menimpa mereka. Dari hasil pertemuan ini tidak membuahkan satu kesepakatan, sehingga terbagi-bagi. Sebagian mau mencari tempat pemukiman baru, sebagian mau pindah ke Ulu Benula ( Banding Agung), sebagian ke Susukan Lampung Selatan, dan sebagian tetap bertahan di rantau Kendidai. Dengan ambisi masing-masing kelompok ini mereka berpencar berdasarkan kesepakatan kelompok mereka. Kelompok yang mencari tempat pemukiman baru sebayak 30 orang, kembali menelusuri sungai kearah hilir dan menemukan daerah Air Palauan. Akan tetapi daerah ini lahan pertanian sawah kurang menunjang (sedikit) maka sebagian pulang ke rantau Kendidai dengan maksu bermusyawarah lagi dengan sebagian masyarakat yang tinggal di dusun.
14


Awal tahun 1880 Masyarakat telak menempati pemukiman baru (dusun Muara Dua) sekarang. Dan pada tahun itu juga diadakan pemilihan kepala Marga atau pimpinan adat, ada 2 (dua) orang calon ketika itu yaitu tuan Aboestam dan Ratoe Seimong. Dalam pemilihan kepala marga ini imenangkan oleh Aboestam kepadanya diberikan gelar Pangiran. Beliau ini menjabat pesirah hingga ajalnya tiba tanggal, 11 September 1945. Wafatnya Pangiran Aboestam terjadi kosongan pempimpin dan Marga Ulu Nasal kacau, sehingga kepemimpinan Mrg Ulu nasa dijabat oleh sirah Muara nasal (M.Taher) lebih kurang dua tahun (sampai adanya pesirah baru). Pada tahun 1947 diadakan pemilihan kepala marga dan atas hasil musyawarah terpilih M.Kaya, pemerintahan kembali ke Ulu Nasal. Masa jabatan M. Kaya hanya sampai 1952. Kemudian di lanjutkan oleh Marzuki (1952-1968). Setelah berakhir masa jabatannya +selanjutnya di lakukan pemilihan kembali kepala marga dengan kesepaktan terpilih M. Kosim ( 1968-1979), yang merupakan pesirah terakhir dijabat oleh Suardin. Pada tahun 1982 terjadi penghapusan pemerintahan adat (Marga) diganti dengan pemerintahan desanisasi dengan Undang-undang no 5 tahun 1979. Perubahan nama Marga diganti desa ini pejabat desa pertama ini dijabat oleh M. Kosim. Pola pemerintahan desanisasi ini berakhir pada tahun 1999 dengan dicabutnya UU No.
5/1979 digantikan dengan UU No.22/1999 tentang otonomi daerah hingga ke otonomi desa atau nama lain. Dengan Undang-undang ini desa atau nama lain tidak lagi menganut sentralisasi, sehingga program pembangunan desa di buat oleh masyarakat desa itu sendiri. Menyikapi Undang-undang otonomi daerah ini, maka pada tanggal, 5- 7 Desember 2005 masyarakat desa Muara Dua secara bersma-sama membuat program pembangunan dan tata ruang desa yang di fasilitasi oleh Organisasi bukan Pemerintah yaitu Yayasan Ulayat Bengkulu.

Share this article :

+ komentar + 5 komentar

November 20, 2009

jukna haqtini mang..

November 20, 2009

juk ipa sejarahni wai hemplot mang

Desember 09, 2013

..sejarah yg sangat terkesan monoton, tapi kalau bleh bertanya,.yg dimaksud diatas ,Muaradua yg mana. .nek?

Februari 03, 2016

Gali lagi sudah mantap

Februari 03, 2016

Keren

Posting Komentar
 
Kaur Semende Maje Nasal : Semende | imrodili | Surel
Copyright © 2010. KAUR SEMENDE - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger Published by Dracoola Media
Thanks To LoenBun