Sebelum tahun 1960 wilayah ini termasuk dalam wilayah marga sambat yang merupakan komunitas suku kaur.
Tidak diketahui secara pasti kapan wilayah desa penyandingan mulai dibuka, namun berdasarrkan informasi dari beberapa masyarakat asli dan orang tua yang berasal dari penyandingan bahwasannya desa penyandingan dibuka oleh raden dukun bersama para pengikutnya, pemukiman yang pertama kali dibuka oleh raden dimuka terletak di lembah muka desa penyandingan, raden dukun dan pengikutnya membuka lahan untuk dijadikan lahan perkebunan dan pertanian dilembah muka. Pembukaan lahan dan pemukiman ini dilakukan secara bergotong royong oleh raden dukun dan pengikutnya.
Pada tahun 1945 desa penyandingan didatangi oleh para perampok yang masuk melalui pematang jeregi, namun lokasi pemukiman masyarakat desa penyandingan tidak ditemukan oleh para perampok. Dan pada tahun 1960 kembali desa penyandingan di datangi oleh gerombolan dan membunuh dua orang masyarakat yang bernama umar dan jumat.
Pada tahun 1970 masyarakat diwilayah desa penyandingan mengalami pertambahan penduduk menjadi mencapai lebih dari 350 KK. Namun pada tahun Tahun 1984-1986 desa penyandingan mulai ditinggalkan masyarakatnya hal ini dikarenakan serangan banjir dan badai besar yang melanda desa penyandingan, tak sampai disitu saja serangan hama cengkeh pun menyuerang tanaman masyarakat pada tahun ini sehingga menyebabkan ratusan hektar tanaman cengkeh masyarakat menjadi mati, penyakit tanaman cengkeh ini lebih dikenal dengan masyarakat dengan nama CDC (cacat daun cengkeh).
Pada tahun 1997 desa penyandingan tinggal beberapa keluarga saja, hal ini dikarenakan masyarakat banyak yang pindah kedaerah lain seperti parda suka, kedataran, bintuhan dan daerah lain. Sulitnya akses informasi dan komunikasi menjadi salah satu penyebab banyaknya masyarakat didesa penyandingan yang mulai pergi meninggalkan desa.
Pada tanggal 22-11-2002 menjadi salah satu sasaran untuk dijadikan lokasi transmigrasi, masuknya transmigrasi umum kewilayah desa penyandingan difasilitasi oleh pihak dinas transmigrasi bengkulu selatan. Maka mulai waktu inilah lokasi induk Desa Penyandingan dari dikaki lembah muka Di Pindahkan Ke Pematang Ciwer Dan Tanjung Ilung ini dikarenakan Lokasi Desa Penyandingan lama tidak memungkinkan untuk didirikan sebagai pemukiman masyarakat. Disamping masalah transportasi yang tidak memungkinkan untuk dibangun jembatan. Pada tahun ini pula masuklah masyarakat transmigrasi yang berasal dari Aceh yang merupakan korban konflik perang diaceh, disamping masyarakat desa penyandingan. Namun para transmigrasi ini hanya bertahan kurang dari 1 tahun, maka berangsur-angsur pemukiman di wilayah transmigrasi desa penyandingan mulai ditinggalkan oleh warganya, bahkan pada waktu ini wilayah transmigrasi ini hanya dihuni oleh 3 KK.
Pada tahun 2005 sampai saat ini 2007 kepala desa penyandingan mulai mengajak masyarakat-masyarakat yang berasal dari daerah lampung barat, jawa, krui untuk datang wilayah trans desa penyandingan untuk menggarap lahan pertanian didesa ini. Saat ini ada lebih kurang 75 KK yang mulai berdatangan dan tinggal rumah-rumah yang dibangun oleh pihak transmigrasi.
Pada saat ini pada umumnya warga tran desa penyandingan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya hidup dari mengelola lahan pertanian, akan tetapi sebagai warga baru maasyarakat di tran desa penyandingan ini masih mengelola lahan pekarangan dengan jenis tanaman palawija seperti kacang hijau, cabe, jagung dan padi darat.
Pada pertengahan bulan februari 2007 untuk mempermudah akses transportasi maka dibukalah jalan oleh TMD (tentara masuk desa) dari desa kedataran sampai ke wilayah trans penyandingan dengan jarang yang dibuka ± 2,8 km.
Pada tahun 2007 desa penyandingan tapatnya tanggal pada tanggal.....maret 2007 masyarakat desa penyandingan melakukan loka karya perencanaan pembangunan dan tata ruang desa secara partisipatif dengan di fasilitasi olah yayasan Ulayat Bengkulu bekerjasama dengan WCS-IP. (Lengkapnya Hubungi yayasan Ulayat Brngkulu)email ulayatgmail.com