Istilah Gitar Tunggal mungkin tidak banyak dikenal oleh orang-orang yang  hobby memainkan gitar meskipun sebenarnya seseorang yang baru belajar  gitar biasanya selalu memainkannya dengan sendirian saja begitu pula  seseorang yang akan mengaransemen sebuah lagu tidak jarang dimulai  dengan satu gitar saja, begitu pula pemain gitar klasik juga sering  tampil dengan mempergunakan satu gitar yang disebut dengan solo guitar.  
Akan tetapi mereka tidak menyebutnya dengan gitar tunggal secara khusu  karena biasanya setelah lagu tersebut jadi dan mereka akan tampil, musik  yang mereka mainkan itu akan berkolaborasi dengan alat musik lainnya.  Berbeda halnya dengan istilah Gitar Tunggal di sini ialah bentuk format  jadinya atau hasil finalnya memang hanya mempergunakan hanya satu gitar  saja dan dimainkan oleh satu orang saja. Namun begitu cukup lumayan dan  enak untuk didengar.   Saya adalah salah seorang yang menyenangi musik  tradisionil ini. Musik tradisional  khas suku Semende (maksud disini adalah suku-suku serumpun anak bukit barisan  (istilah penulis) atau sering diistilahkan dengan Lagu Batang Hari  Sembilan ini terdiri dari beberapa suku antara lain  : Besemah, Lahat,  Ogan, Pagar Alam, Lintang dan daerah yang memiliki kemiripan bahasa  degan dealek "e" contoh kata = tebu)
Gitar Tunggal tidak lepas kaitannya dengan pembicaraan mengenai  Sastra dan budaya daerah tersebut antara lain yang paling berhubungan  adalah Sastra Lisan. Sastra lisan suku-suku tersebut antara lain :  Guritan, Anda-andai, memuning, dan rejung (rejunk). Untuk tiga jenis  sastra  yang pertama, guritan, andai-andai dan memuning, biasanya tidak  memakai media alat musik. Akan tetapi untuk jenis rejung dapat dilakukan  tanpa alat musik atau mempergunakan alat musik.  Alat musik yang dapat  dipergunakan antara lain adalah Ramanika (Accordion), Piul (Violin),   Gambus, ataupun Gitar Tunggal. Sementara alat musik yang lain seperti  Suling (seruling), Seredam , dan Ginggung tidak dapat dipergunakan untuk  megiringi tembang atau rejung dikarenakan ketiga alam musik tersebut  adalah alat musik (sejenis alat musik tiup). 
Dari sekian alat musik yang  dapat mengiringi tembang hanya guitarlah yang paling menonjol  dikarenakan berkemungkinan dalam  mempelajarinya tidak terlalu sulit  bila dibandingkan dengan alat-alat  yang lainnya.  Gitar tunggal  merupakan alat musik yang terbilang baru dipergunakan oleh suku Semende  dan tidak seberapa banyak lagu yang dapat dimainkan dengan alat musik  ini beberapa lagu itu antara lain : Lagu Ude Nak Ude, Lagu Ujan Angin,  Tebah Ndung Ci'an dan beberapa lagu lagi, akan tetapi tidak banyak,  berbeda halnya dengan lagu-lagu dari daerah Lematang yang dipopulerkan  oleh Kak Zainuddin sejak tahun enam puluh-an seperti : lagu Ribu-Ribu,  lagu Antan Delapan, Lagu Merantau Jauh, Lagu Segindang-Gindang, lagu  Erai-Erai, dan lagu-lagu lainnya yang bibawakannya dengan amat sempurna.  Begitu pula Lagu daerah Kikim seperti Lagu Cik Minah dikemasnya menjadi  lagu Mas Mirah. Penulis berpendapat  hampir seluruh lagu yang pernah  dimainkannya dapat dikatakan  mendekati sempurna ia benar-benar seorang  maestro untuk bidang ini kalau tidak dapat dikatakan melegenda. Begitu  pula lagu gitar tunggal dari daerah lainnya, seperti :  Untuk daerah  Kikim dikenal pegitartunggalnya antara lain Syafrin, Untuk daerah Ogan  Sahilin, Denali, Malili, daerah Musi Rawas, dikenal nama Rusli Effendi,  untuk daerah Lintang IV Lawang dikenal Han Sofian, dan M Rozi, daerah  Pagar Alam dikenal nama seperti Isran AR, dari Besemah dikenal nama  seperti Waya, begitu pula halnya dengan daerah-daerah lainnya,  masing-masing mereka yang tersebut di atas memiliki album lebih dari  sepuluh album banyaknya yang diprakarsai oleh Palapa Record yang dimulai  sejak awal tahun 70-an sampai dengan penghujung tahun 80-an.  Sementara  itu untuk daerah Semende sendiri tidak begitu dikenal pegitartunggalnya  kalau boleh dibilang hanya beberapa orang diantaranya ialah Effendi dan  Junaidi Daulay, yang dalam rekamannya biasanya sudah memuat juga  cara-cara petikan dari Lematang atau daerah lainnya.   
Tembang
Tembang  dimaksud di sini adalah sya'ir yang didendangkan oleh penyanyi yang  disebut dengan penembang. Biasanya tembang tersebut tidak sebagaimana  yang dilantunkan oleh penyanyi-penyanyi dunia yang memiliki alur sebuah  cerita, melainkan ia merupakan beberapa buah pantun untuk sebuah lagunya  biasanya berkisar antara 6 s/d 20 pantun pertebahnya (perlagu) dengan  durasi sekitar 15 sampai dengan 30 menit untuk satu tebahnya.  Sebagaimana pantun pada umumnya yaitu terdiri dari empat baris bersajak  ab ab, dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris berikutnya  adalah isi dari pantun tersebut.
Steeman Gitar
Karena  permainan Gitar Tunggal umumnya tidak bersama-sama dengan  alat musik  lainnya maka dalam steemannya didapati beberapa jenis steeman  sepengetahuan penulis diapati sebanyak lebih dari enam jenis steeman  guitar. Maka tidaklah heran bila ada yang berkomentar pemain Gitar  Tunggal itu memainkan gitar yang salah steeman, tentu saja bila ia  melihatnya dari sudut steeman musik pada umumnya. Jenis steeman ini  tiada lain gunanya agar supaya sebuah tebah (lagu) itu dapat dimainkan  dengan mudah. Biasanya satu steeman dapat dibawakan beberapa tebah, lalu  untuk tebah yang lainnya mempergunakan steeman yang lain pula. 
Itulah  sekelumit kisah tentang Gitar Tunggal, dan beberapa hal yang berkaitan  dengannya, namun sekarang sayangnya lagu-lagu tersebut semakin hari  semakin ditinggalkan oleh generasi penerus suku semende dan suku lainnya  dan mulai tergeser oleh lagu-lagu dan budaya yang lain sehingga tidak  banyak lagi yang meminatinya apalagi menguasainya, berkemungkinan besar  nantinya akan hilang sama sekali, dan tidak akan dikenal lagi oleh  beberapa generasi yang akan datang.
Sumber : gitartunggal.blogspot.com








.jpg&cat=1&pid=2107&cache=false)

0 komentar:
Posting Komentar