Tab-menu

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

LARANGAN (LAMPIK EMPAT MERDIKE DUE)

1.      Ngubah janji dalam negeri sekehendaknye saje.
2.      Menakah batu ke luase (ke hulu ke hilir dengan jahat hati; membuka rahasia rumah tangga pada orang lain).
3.      Ngeghuh ulu mandian (hati jahat; perbuatan yang merugikan orang banyak).
4.      Ngaut ke luase timbe ke dalam (perbuatan yang merugikan keluarga sendiri dan merugikan ma-syarakat = perbuatan yang bertentangan dengan adat istiadat masyarakat).
5.      Netak kula’ manda-i lawai (maling timbangan atau ukuran, juga berarti menentang kemufakataan bersama).
6.      Membuang bayang merampas janggut (Menen-tang hukum alam; atau orang yang sudah tua selalu merasa dan berbuat seperti orang yang masih muda).
7.      Nyelundupkan bubuk racun (Memasukkan ben-cana ke dalam masyarakat).
8.      Serame dindak beghagih (merajalela bertuhan nafsu).
9.      Nutuh ranting peninggighan (merusak keindahan alam atau lingkungan).
10.  Netak jambat pelaluan (merusak kepentingan orang banyak).
11.  Sangi tentang di dalam dusun (menghancurkan sendiri perdamaian).
12.  Awak dik tau meghase ahli pandai (salah pera-saan, sombong).
13.  Betudung daun di tengah dusun (menyem-bunyikan niat jahat).
14.  Nyule di dalam dusun (memecah belah dan mem-bahayakan masyarakat).
15.  Ncapakkan dedak di muke lawang dusun (per-buatan yang menyakitkan orang banyak atau membuat bencana pada masyarakat).
16.  Nyemugh padi di tengah dusun (mencari senang sendiri dengan menyusahkan masyarakat).
17.  Nyimpan racun dalam jagat (menyiapkan bom waktu untuk menghancurkan negeri / bangsa).
18.  Nimbusi gawi dalam dusun (menteror pekerjaan masyarakat).
19.  Nube ulu mandian (meracuni orang banyak).
20.  Masang tipu mangke kaye (mengutamakan keli-cikan dalam berusaha).
21.  Dikde ngenjuk makan binatang kurungan / makh-luk benyawe.
22.  Sekepung (semacam permainan catur : saling sengsarakan, membuang waktu / tenaga dengan sia-sia).
23.  Sebakik (idem).
24.  Mbumbung binatang buas (bermain api, mengun-dang bencana besar).
25.  Semut nyeberang dijambati (membuang waktu dan tenaga untuk memindahkan bencana dari tempat yang satu ke tempat lain).
26.  Pantak sial (memuja syaitan untuk menyumpahi / mencelakakan orang : Bunyi sumpahnya : kegha-kap naik batu mbak api makan sekam, rusak bina-selah dalam jurainye, sanak familinye).
27.  Naghik uwi masih bekulit di dalam dusun (menye-bar ranjau di desa).
28.  Naghik buluh masih beupih di dalam dusun. (menghamburkan miang, sampah, dan debu ke tengah masyarakat).
29.  Ncapakkah ngkas penyilapan kapagh di muke lawang dusun (mengotori kampung halaman mencoreng arang di muka orang banyak).
30.  Bersumpah salah.
31.  Membuang janji adat (tak mau peduli dengan hukum dan aturan).
32.  Ncapakkah kapagh di muka ghumah (primitif, tidak mengenal kebersihan).
33.  Njegu-i kerbai di aik mandian (pornoisme, tidak mengenal akhlak).
34.  Ngintip di ruguk seghut pinggir jalan, nanti jeme lalu diga’gaukah (perangai jahat yang sangat membahayakan diri sendiri dan orang lain).
35.  Dikde nyangkagh ingunan di malam hari (tidak mengenal kewajiban dan adat kemufakatan).
36.  Kebun dikde bekandang (idem).
37.  Ngalangi siring sawah lalu di tanah diwek (menolak rizki besar untuk keluarga sendiri dan masyarakat).
38.  Nebas belukagh jeme (tidak tahu adat dan hak).
39.  Elang nyambar buih (sangat melanggar adat dan pantangan, menghina pribadi / keluarga orang, misalnya dengan menyentakkan tengkuluk / jilbab di depan umum).
40.  Kambing nyisili tunas (makar porno, mencium paksa anak gadis orang).
41.  Nempileng lautan atau adik daghe (sangat melanggar adat singkuh punduh atau sopan santun).
42.  Ngambik sutik mbalik due (sangat tercelah, ribak, ijon dll.).
43.  Bengkaghung subuk jengal (mengintip perem-puan sedang mandi).
44.  Kelawai muanai capai mamai (biadab, tidak beradat tidak tahu sopan santun).

sumber : http://kepemimpinanmeraje.blogspot.com

BEBERAPA ISTILAH KELUARGA DALAM ADAT SEMENDE

Meraje = saudara (kakak atau adik) laki-laki dari ibu.
2.     Tunggu tubang = anak perempuan tertua dari suatu keluarga yang bertugas menunggu dan memelihara serta mengusahakan harta pusaka nenek moyang, yang menjadi harta miliki bersama dalam keluarga itu; mengurus semua anggota dalam keluarga itu; dan sebagai tempat berhimpun atau bermusyawarah seluruh anggota keluarga.
3.     Tunggu tubang ngangkit = anak laki-laki yang dipilih oleh keluarga untuk menjadi dan berfungsi sebagai tunggu tubang, karena tidak ada anak perempuan di keluarga itu.
4.     Ngambik bagian = menikah.
5.     Jurai = seluruh keluarga yang ada sangkut pautnya dengan keluarga, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.
6.     Ading daghe = adik ipar perempuan.
7.     Lautan = saudara (kakak ataupun adik) laki-laki dari isteri.
8.     Ading bujang = sebutan bagi seorang perempuan kepada adik laki-laki dari suami.
9.     Muanai = sebutan bagi perempuan kepada saudara laki-lakinya.
10. Kelawai = sebutan bagi laki-laki kepada saudara perempuannya.
11. Dengah sanak = sebutan bagi seseorang kepada kakaknya yang sama jenis kelaminnya.
12. Kakang = sebutan / panggilan bagi seseorang kepada kakaknya, namun berbeda jenis kelamin.
13. Adik-an = sebutan / pangilan bagi laki-laki kepada isteri adiknya atau sebutan bagi perempuan kepada suami adiknya.
14. Kakak-an = sebutan / panggilan bagi laki-laki kepada isteri kakaknya atau sebutan bagi perempuan kepada suami ayuknya.
15. Beliau wanyak = sebutan / panggilan bagi menantu kepada mertuanya, baik yang laki-laki maupun yang perempuan.
16. Anak = sebutan / panggilan bagi mertua kepada menantunya yang perempuan.
17. Dayang = sebutan bagi seseorang kepada menantu perempuan kelawai-nya.
18. Nakan = sebutan bagi seseorang kepada menantu perempuan muanai-nya.
19. Cucung = sebutan atau panggilan bagi seseorang kepada suami atau isteri cucunya.
20. Beliau = sebutan / panggilan bagi perempuan kepada kakak perempuan suaminya dan kepada isteri kakak laki-laki suaminya.
21. Engkuaye = sebutan atau panggilan bagi menantu kepada mertuanya atau bagi perempuan kepada kakak perempuan suaminya dan kepada isteri kakak suaminya, bila sedang berhadapan langsung.
22. Warang = sebutan atau panggilan kepada besan muanai atau besan kelawai. 
23. Kakak = sebutan atau panggilan kepada orang tua menantu laki-laki.
24. Adek = sebutan atau panggilan kepada orang tua menantu perempuan.
25. Ipaghan = sebutan bagi perempuan kepada isteri muanai-nya.
26. Penduwaian = sebutan seorang laki-laki kepada suami ading daghenya.
27. Kabah = sebutan kepada seseorang yang sama atau lebih rendah tingkatannya dan sama jenis kelaminnya.
28. Dengah = sebutan kepada seseorang yang sama atau lebih rendah tingkatannya namun lain jenis kelaminnya.
29. Kamu = sebutan kepada seseorang yang lebih tinggi tingkatannya.
30. Rik = panggilan sayang kepada adik yang sama jenis kelaminnya.
31. Ceh = kata sapaan kepada orang yang setingkat atau lebih rendah, namun lain jenis kelaminnya.
32. Cebuk-an = panggilan sayang dari kelawai kepada muanainya yang lebih tua.
33. Mamak = panggilan kepada paman.
34. Ibungan = panggilan kepada bibi.
35. Pejadi = orang tua: ibu dan bapak
36. Enduk = panggilan kepada ibu.
37. Bapak / bapang = panggilan kepada ayah.
38. Mbajii = upacara adat serah terima jabatan meraje.

SENI SASTERA SUKU SEMENDE

Dalam masyarakat Semende, terutama mereka yang tua-tua, banyak tersimpan khazanah seni susastera yang biasanya menjadi bahasa tutur kepada anak cucu mereka menjelang tidur. Seni susastera itu bermacam-macam jenisnya, ada pantun, pepatah, ucapan, jampi-jampi, takdut, rejung, dan gurindam. Hanya saja, saat ini seni susastera Semende ini telah mulai hilang karena banyaknya mereka yang ahli yang telah wafat. Ditambah lagi dengan kurangnya minat para generasi muda Semende untuk mempelajari dan mendalaminya. Berikut ini penulis sampaikan beberapa contoh dari pantun, ucap, jampi, dan pepatah untuk menjadi bahan ingatan bagi masyarakat Semende umumnya, terutama para generasi mudanya.

A.       Pantun

Pantun biasanya mempunyai dua sampiran dengan sajak aa aa atau ab ab, adalah pusaka asli turun temurun susastera Melayu. Pantun banyak sekali jenisnya: pantun anak-anak, pantun remaja, pantun adat, pantun teka-teki, pantun jenaka, dan lain-lain.

1.    Pantun Remaja

Bujang
:
Ijuk-ijuk betali ijuk

Ijuk betali benang bola

Isok-isok kunanti esok

Isok kunanti dinda itulah
Gadis
:
Repat-repat daun kuini

Masih repat daun embacang
Kalau tak dapat taun ini
Masih kuharap taun mendatang
Bujang
:
Alangkah elok kandis itu

Elok dibuat bumbu labu
Alangkah elok gadis itu
Elok dibuat mantu ibu
Gadis
:
Anak elang anak elung

Anak depati Tanjung Agung
Lah begelang lah bekalung
Ndak kawin lum diajung
Mamang Batin
:
Makanan lipan jerami tue

Makan dedak kurang kandis
Cambuk bulat mbelah kuat angkase
Bukan paksaan jeme tue
Bukan kehendak bujang gadis
Rempuk cupat itulah adat Semende
Ibung Kerbai
:
Daun dan bulan sudahlah dapat

Peluh cucuran mataharilah tinggi
Pailah balik mbawe peghulihan
Sungguh banyak manfaat antara bujang gadis
Berbudi tinggi membela adat tinggi pilihan





2. Pantun “Becerai Jauh”
1.
Malam ini malam selikur
Esok malam lah tige puluh
Malam ini kite becampur
Besok kite becerai jauh
2.
Selupat di bawah jambat
Bujang bekurung nanam seghai
Batan upat jangan dibuat
Lambat ngah gacang kan becerai
3.
Mendai rantau teghiti
Aram temaram rantau kandis
Amu dengah nak balik pagi
Haram badanku mun dik nangis
4.
Sungguh jauh kutenye Medan

Kapal belayar siang aghi
Sungguh jauh ading kupandang
Rasekah dikde betemu agi
5.
Seghai seghumpun runcing daun
Ditiup angin saye lembut
Empuk becerai seribu taun
Masih tebilang rupe rambut
6.
Selame dikde ke sawah
Padang entemu makan api
Lah lame dikde betemu
Betemu kite dalam mimpi
7.
Kuapekah dedak senighu
Puas kughendam kumanisi
Kuapekah hatiku ghindu
Puas kudendam kutangisi
8.
Seghai seghumpun runcing daun
Badah belalang pagi aghi
Empuk becerai lain dusun
Masih nak tunggal batang aghi
9.
Ke laut mengambur lidi
Pancing gi masih bebiasan
Masuk laut gelombang api
Ading dik ade kulepaskan
10.
Empuk dikde bejual kawe
Masih nak lasung ke Besemah
Empuk dik lasung dalam dunie
Nak sebandung dalam tanah
11.
Ubur-ubur kepingan due
Anak kambing di atas batu
Masuk kubur kite bedue
Hancur lebur menjadi satu
12.
Naik tebing belawan empat
Bukaan cincin di perahu
Jangan seding badan melarat
Entah pintaan sape tahu
13.
Jalan-jalan ke Pagar Gunung
Dusun di Bukit Barisan
Ke sini bingung ke sane bingung
Sate betemu betangisan
14.
Limau manis di kanan jalan
Due sebandung ngah deghian
Jangan nagis aduhai badan
Sangkan tetibe li bagian
15.
Ghendam padi setalam kiah
Kami meghendam daun idup
Dendam kami semalam kiah
Kami mendendam seumur idup
16.
Besesah di papan kayu
Umban selembagh daun jati
Lah lame menanggung ghindu
Tekapak tangan luke hati
17.
Bukan tebu tulah ye manis
Lalang dipandang manis pule
Bukan ghindu tulah ye nangis
Cerai bekundang nangis pule
18.
Bedegur guruh di langit
Ujan menanti Pajar Bulan
Keriau jeme ngatekah langit
Tungguan kami masih bejalan
19.
Kain panjang dipakai pegi
Pintakku jangan diapirkah
Ngalih kundang dengah pegi
Pintakku jangan diujirkah
3. Pantun yang lain
1.
Emas suase intan permate

Sebangse batu sukagh dicari
Kalu biase kan duste
Akhirnye tentu jadi pencuri
2.
Pulau Pandan je

Hancur badan auh di tengah

Di balik pulau angse du
dikandung tanah
Budi baik dikenang jue
3.
Kederat bunge jam empat

Delapan hari harum sekali

Jagat Semende jeme beadat
Peradaban tinggi agung budi
4.
Amu lalang kah lalang itulah

Kebile lalang kah bebuah

Amu malang kah malang tulah

Kebile malang kah betuah

B.       Pepatah
1.
Mu kah panjang dik kah tetak

Mu kah libagh dik kah cebagh

Mu kah selikur dik mandak di due puluh

(Kalau kan panjang tak kan terpotong
 Kalau kan lebar tak kan robek
 Kalau kan 21 tak kan henti di 20)
2.
Aik dik keghuh, ikan dapat  (Air tidak keruh, ikan didapat = Siatuasi tetap tenang, tujuan yang dimaksudkan tercapai)
3.
Payah di tulang lemak di dulang (Payah di tulang enak di meja makan = Siapa giat bekerja pasti enak makannya)
4.
Biawak digiring kayik, gajah digiring ke beghemban (Biawak digiring ke sungai, gajah digiring ke kubangannya = Orang yang sudah mau disuruh pula, tentulah mau melaksanakan apa yang diperintahkan kepadanya)
5.
Calak ikuk kebau (Cerdik seperti ekor kerbau = Merasa cerdik pandai, namun pada hakikatnya merugikan dirinya sendiri)
6.
Dululah beketik tighah beteluw (Lebih dahulu bersuara baru bertelur = Orang atau kaum yang selalu gembar-gembor terhadap sesuatu yang perlu dirahasiakan)
7.
Dikde dimakan siku (Tidak memakai ukuran = Pembicaraan atau perbuatan seseorang yang tidak pada tempatnya)
8.
Gurah-gurah mate ketam (Goyang seperti mata kepiting = Kelihatannya longgar atau goyang, tapi sebenarnya kuat atau kokoh)
9.
Kelintuk ulagh ijang (Terkulai seperti ular hijau = Perangai yang lemah lembut atau seolah-olah tidak membahayakan, sebenarnya sangat membahayakan, bahkan dapat membunuh)
10
Kambing mati kebendun masih = Arang habis besi binasa
11
Luk bubu ngah aik (Seperti bubu dengan air, air bilang “saya masuk bubu”, bubu bilang “saya masuk air” = Dua orang yang bertengkar sesuatu masalah yang masing-masing merasa benar, dan keduanya sama-sama benar)
12
Luk itik ngah ayam (Seperti itik dan ayam, itik hendak ke air sedangkan ayam hendak ke darat = Dua orang yang tak pernah sepaham dan berlainan kehendak)
13
Luluk setue ndepat baning (Seperti macan menemukan ‘baning’ = Orang yang menemukan sesuatu benda, tetapi tidak tahu apa gunanya atau bagaimana menggunakannya, tak tahu apa yang harus dilakukan)
14
Luk ayam takut ngah elang (Seperti ayam takut dengan elang = Seseorang yang sangat takut dengan seseorang, entah orang tuanya, atasannya, atau memang musuhnya)
15
Luk Belande mintak tanah (Seperti orang Belanda minta tanah = Orang atau kaum yang sangat serakah, sudah diberi masih minta lagi dan minta lagi)
16
Luk lepang ngah deghian (Seperti timun dengan durian, nabrak hancur, ditabrak berantakan = Yang lemah melawan yang kuat, rakyat kecil berhadapan dengan penguasa atau orang kaya)
17
Lah umban bambab tangge (Sudah jatuh ditimpa tangga = Sudah rugi ditimpa kerugian lain pula)
18
Mintak sisik ngah keli (Minta sisik dari ikan lele = Minta sesuatu atau pertolongan kepada orang yang tak mampu, baik dari segi materi maupun tanaga dan usaha)
19
Mintak padi tengkiang penuh (Minta padi, padahal lumbung padinya penuh = Orang yang serakah, sudah kaya masih minta, kadangkala bernada menghina)
20
Mecah bake (Berlainan dari kebiasaan)
21
Nafsu kecik tulang dianggit, awak nderake sedut payah (Kemauan kecil, pisik lemah, sudah miskin, tak mau payah alias malas bekerja = Mencerminkan orang yang kurang kemauan dalam suatu usaha atau perjuangan, tak ada kemungkinan untuk maju)
22
Nebang nangke betanam mbughak (Menebang pohon nagka lalu menanam bijinya = Mengharap air di langit, air di tempayan dibuang = Mengharap sesuatu yang belum pasti, lah sudah ada di tangan dibuang)
23
Netak semban (Memotong kain ambinan = Dua orang bersaudara yang memutuskan hubungan adik beradik)
24
Ngupat kain dipakai (Mencela kain yang sedang dipakai = Menjelekkan pakaian, keluarga, atasan, organisasi sendiri, yang berarti menjelekkan diri sendiri)
25
Saghak adak sebandung dikde (Bercerai tidak rukun pun tidak = Suami isteri yang tidak bercerai, tetapi tidak tinggal dalam satu rumah)
26
Tulangan lidah (Lidah terkena tulang ikan = Seseorang yang sudah kebagian rezeki yang tidak halal, seperti hasil korupsi, sehingga terpaksa diam atau pura-pura tidak tahu)
27
Te entak ke ghuang dangkal (Bertemu bagian buah yang sedikit isinya = Mendapat bagian yang sedikit karena gersang dsb)
28
Te entak ke ghuang lunak (Bertemu bagian buah yang banyak isinya = Mendapat bagian yang banyak atau enak)
C.       Ucap
Ucap adalah kata yang isinya menjadi tungguan (pegangan) sampai mati, berupa prinsip hidup yang dipegang turun-temurun.
1.
Mpuk kah mati belapik

Walau akan mati harus ada alas tikar.
(Ucap ini dipegang pada saat dikeroyok orang banyak, walaupun akan kalah dan mati, harus ada alas selembar nyawa dari para pengeroyok)
2.
Setapak maju sabil, setapak mundur kafir

(Ucap ini dipegang oleh masyarakat Semende dalam perjuangan di semua lapangan kehidupan)
D. Jampi
Jampi adalah kata-kata susastera yang mengandung ilmu, mistik, rahasia, dan suci, contohnya :
1.
Jampi untuk suatu keinginan kepada seseorang :
Huu tunjukku si unang-unang

Menunjuk anak raje kecul

Menunjuk si anu mangke kene
Kene ke ughat kene ke sendi
Kene ke kerangke tige puluh tige
Karne kalimah Laa Ilaaha Illallaah
Benar die ......... (disebut keinginan: menoleh, diam, duduk, dll).
 
2.
Jampi untuk ketulangan :

Sebungkang-bungkang laut

Teguk bujur lalu

Teguk lintang patah
Huum! Tawar kate Diwe
Bukan aku yang menawari

Allah Maha Kuase yang menawari
PANTUN PENUTUP
1. Seletup di bawah cucup
Padi ketan ditanam tulah
Ditutup kanye li cukup
Kepaca’an gi nggah inilah
2. Tebaris buluh ngah bilah
Pengunian di pinggir sawah
Menulis bukan banyak tinta
Peninggalan nik anak cucung
3. Tebaris utan ulak libar
Anak siamang dang bebuni
Menulis bukan li pintar
Cuma li injik ngah negeri
4. Ke sawah di tengah aghi
Seluang di pelang uni
Kalu salah tulung benanghi
Amu kurang tulung tambahi
5. Penggage ndik ulam makan
Dikde penggage taghuk jadilah
Begune kitab dibace diajarkan
Dikde begune jangan dicercah